Tilik Belik 2024
Akhir-akhir ini dirasakan perubahan iklim di bumi. Hujan sebagai salah satu sirkulasi alam terhadap air terganggu oleh aktifitas manusia dalam mewujudkan pemenuhan kebutuhan hidupnya. Aktifitas eksploitasi alam oleh manusia semakin marak dan tak terkendali lagi. Di banyak bagian dunia, terutama di daerah yang kurang berkembang, ketidakadilan dalam hal akses terhadap air bersih sering terjadi. Beberapa komunitas mungkin memiliki akses yang terbatas atau bahkan tidak sama sekali terhadap air bersih, sementara yang lain mungkin memiliki akses yang melimpah. Dalam beberapa kasus, penggunaan air oleh industri atau perusahaan besar bisa merugikan komunitas lokal atau lingkungan alam. Misalnya, pencemaran air oleh limbah bisa mengganggu sumber air yang digunakan oleh masyarakat lokal untuk kebutuhan sehari-hari. Persaingan atas sumber air juga bisa memicu konflik antara berbagai kelompok dalam distribusi air dan akses ke sumber daya air. Perubahan iklim yang terjadi merupakan manifestasi pikiran serakah manusia. Bahkan praktik keserakahan ini diulang terus sehingga menjadi pembenaran komunal yang semakin manjauhkan manusia sebagai sosok suci dan penjaga bumi. Nampak dalam kacamata spiritual, banyak manusia yang justru bangga dan merasa benar dengan sifat perusaknya. Secara tidak langsung, perilaku manusia ini memperburuk kondisi semesta, dan akses terhadap air bagi masyarakat yang sudah menderita kemiskinan atau ketidaksetaraan. Manusia memiliki tanggung jawab atas semua peristiwa alam yang terjadi. Kesadaran ini harus menjadi sebuah pertobatan ekologis dan harus dilakukan oleh semua orang. Dalam kenyataan diri yang penuh kekurangan, mari dalam ritmis suara alam, bersama-sama mengupayakan dan mewujudkan alam yang lestari dengan memulai mengurai persoalan diri, dan berani melakukan rawat alam setiap hari.